Tag Cloud

Diberdayakan oleh Blogger.
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Jumat, 08 Februari 2013

Namaku Almira Rahma, kisah hidupku (asli)

 *fotoku saat masih kecil


Semua dimulai saat aku lahir pada tanggal 11 Desember 1999. Aku anak perempuan yang lahir di Kota Malang, Jawa Timur. Alamat rumahku Jl.Kertanegara no. 22A kabupaten Malang kecamatan Singosari RT 04 RW 03, Sebuah kota yang tenang dan rumahku hanya berjarak 100 meter dari sekolahku. Aku dilahirkan sang ibu di rumah sakit Malang. Nama Ibuku bernama Titik Siti Nur Hayati dan Ayahku bernama Yunus Barathan. Ibuku lahir di Malang tanggal 29 Januari 1965, sedangkan Ayahku lahir di Singaraja, Bali tanggal 20 Juli 1956. Saat ibuku melahirkanku, seorang dokter berkata pada ibuku "bu, anak ibu mengalami jantung bocor dan gangguan telinga". Jadi aku adalah anak yang tak sempurna. Saat aku terbaring di rumah sakit. Ibuku menghampiriku, tiba-tiba aku menangis. Saat ibuku melihatku menangis, tangisanku tidak seperti bayi-bayi yang normal, tangisanku seperti orang yang bisu hanya keluar sedikit suara. Itu disebabkan karna jantungku tidak kuat untuk menangis. Umurku 9 tahun, aku kelas 3 SD. Aku anak Sekolah Dasar Negeri Pagentan 02 yang berada di depan rumahku. Saat umurku 9 tahun aku tidak terlalu punya banyak teman. Karena aku adalah anak pendiam dan tidak terlalu banyak bicara. Aku punya musuh, tapi aku tidak memusuhinya atau menganggap dia musuh besarku. Dia selalu membuatku kesal di sekolah, dia selalu mengejekku di sekolah. Aku tidak terima itu, tapi aku ihklas kan meski aku dijahati oleh semua temanku. Teman-temanku saat SD selalu mengejek ku dengan kata "wah ada pembantu, wah ada setan lewat". Aku tidak pernah marah saat mereka bilang begitu padaku, aku selalu sabar dalam cobaan Allah SWT. Umurku 10 tahun, aku kelas 4 SD. Di sekolah sedang ada kegiatan menari daerah. Aku diajak oleh temanku mengikuti tarian itu. Lalu aku ikut dengan teman-temanku. Berapa hari kemudian jam 3 sore aku berangkat ke sekolah untuk latihan menari. Aku latihan menari yang bernama tarian Gema Nusantara tarian yang semacam menggunakan tongkat dari kayu yang panjang. Anak kelas 6 yang bernama Intan dan Dian mereka selalu menjahati ku dan menjadikanku mereka pembantunya. Saat itu aku masih punya rasa takut kepada mereka. Karena aku masih baru berusia 10 tahun. Saat aku latihan menari, tarian yang bernama Gema Nusantara, aku berbaris disebelah timur. Guruku tari ku sedang menjelaskan tarian lain di sebelah barat, sedangkan aku di sebelah timur. Tiba-tiba kakak kelasku yang bernama Dian memukul kepalaku dengan tongkat kayu itu dari depan. Aku berusaha menyingkir. Tapi dia masih sempat-sempat nya memukulku. Kemudian aku menangis pelan-pelan tanpa diketahui teman-temanku. Keesokan harinya, aku berangkat ke sekolah, di depan pintu gerbang sekolah ada kakak kelasku yang jahat dan suka mengejek aku, tapi entah siapa namanya. Kakak kelas ku itu tadi mengejek ku saat aku berangkat sekolah, dia mengejekku dengan kata-kata "heh! pembantu", tapi aku hanya diam dan menatapnya. Lalu aku masuk ke kelas manaruh tasku. Jam 7 bel bertanda senam pagi di lapangan sekolah. Anak yang bernama Dian dan Intan merencanakan sesuatu   untuk ku. Lalu dia memanggilku "Mira" (dengan suara keras). Aku menoleh dan ia berkata padaku "nanti latihan menari nya libur" aku menjawab "oh ya udah, makasih" (suara rendah). Lalu Intan dan Dian tertawa sendiri setelah memberitahuku itu. Aku curiga padanya, apa benar yang dikatakan mbak Intan dan Dian itu benar?. Jam 8 senam pagi sudah selesai saatnya masuk kelas dan belajar. Saat belum masuk kelas, masih berbaris di depan kelas lalu aku bertanya pada temanku yang ikut menari ia bernama Risa, aku bertanya "Ris, nanti libur latihan nari?", Risa menjawab "kata siapa? latihan kita masuk" (dengan suara yang tegas). Ternyata aku telah ditipu dan dibohongi oleh mbak Dian dan Intan. Jam 3 sore aku di jemput temanku untuk pergi latihan. Sampai disana, temanku meninggalkanku sendirian. Dian dan Intan datang, lalu duduk di kursi sebelah kiri di atas tangga pendek. Tidak lama, Dian memanggilku "Mir.. Mira", aku menoleh ke arahnya "Ke sinilah sebentar". Aku kesana dengan perasaan takut, lalu dia bilang padaku "Tolong belikan aku kue makaroni 2 ya, nanti akan kuberi kamu uang". Aku ingin menolak permintaannya tapi aku takut jika ku tolak dia akan marah padaku. Lalu aku pergi ke toko di sebelah timur. Sampai disana aku berkata "Mas, ada makaroni?" (dengan suara rendah) "Oh sudah habis dik". "yah.. habis, ya sudah terima kasih". Aku kembali pulang ke sekolah dan berkata pada Intan dan Dian "mbak makaroninya sudah habis" (sambil gugup dan takut) "oh habis. ya udah trims (singkatan terimakasih)". Lalu aku bicara dalam hati "katanya, aku akan diberi uang? Kok tidak sih". Guru pelatih tari ku datang dan segera latihan menari. Umurku 12 aku kelas 6 SD. Anak yang mengejek ku dengan kata PEMBANTU sudah lulus dari SD-ku dan juga Dian dan Intan. Hatiku senang mereka sudah tidak ada lagi disana. Dan di umur itulah aku sudah mempunyai banyak teman dan sudah banyak bicara. Aku  selalu merasa sedih di saat aku kelas 1-4 SD. Kelas 1 aku selalu di lempar bola 3 kali sampai kena mataku, begitu juga tidak ada seorangpun yang menolongku. Aku selalu dianggap anak CULUN dan BODOH. Aku selalu sedih dan menangis dirumah. Sampai saat ini aku masih merasakan rasa sakit itu. Tapi aku aku tidak pernah MENYERAH dan selalu SABAR. Dan kini aku sudah kelas 7 SMP, tapi aku juga masih mengalami hal sama seperti di SD. Tapi aku selalu sabar, karena apa? Karena di balik itu ada balasannya dari Allah SWT. Seperti Dian dan Intan. Si Dian SMP-nya tidak bisa masuk ke negeri tapi dia masuk ke PGRI (sekolah untuk anak yang kurang pintar (bukan bodoh) dan sekolah untuk anak yang nakal dan tidak punya sopan santun). Sedangkan Intan tidak ada yang suka dengannya karena dia sombong dan sok cantik. Dan saat aku kelas 7 aku merasa ada hal yang aneh dalam hidupku. Lalu aku bertanya pada ibuku "bu, apa aku punya penyakit yang sudah takdir dari aku lahir?" (suara rendah) "Iya sayang, kamu mempunyai penyakit jantung bocor yang tidak kuat untuk berolahraga lari dan gangguan telinga" aku menjawab "gangguan telinga? Ada apa dengan telingaku?" ibuku menjawab "Saraf yang ada di telingamu untuk menyampaikan ke otak kecilmu lemah sayang" (dengan suara lembut dan sedikit keras). Aku baru sadar saat itu dan ibuku baru menceritakan semua itu.


Itulah kisah hidupku dari aku kecil hingga sekarang. Dan aku berharap pada Tuhan semoga aku tidak akan merasakan rasa sakit itu sampai umurku sudah lepas dari remaja (amin). Dan ingatlah dari cerita itu, orang yang SABAR dan tidak MENYERAH  dalam cobaan Allah pasti dibalik itu ada balasannya dari-Nya.


separador

0 komentar:

Posting Komentar

Categories

Followers